Iklan

Sabtu, 24 September 2011

Jatuh Lalu Bangkit


Suatu hari ada seekor keledai milik seorang petani yang jatuh ke dalam sumur yang dalam dan kering. Binatang tersebut menangis dengan nyaring selama beberapa jam sementara itu sang petani tersebut mencoba mencarikan jalan keluarnya. Akhirnya, dia memutuskan bahwa keledai itu sudah terlalu tua, sumur itu juga perlu ditutup, dan menolong keledai tersebut merupakan suatu usaha yang sia-sia belaka. Sehingga dia mengundang tetangganya untuk datang ke lokasi guna membantunya mengubur keledai tersebut di dalam sumur untuk menghentikan kesengsaraannya.
Mereka semuanya memegang sekop dan mulai menimbunkan tanah ke dalam sumur. Pada awalnya, keledai tersebut menyadari apa yang sedang terjadi dan lagi-lagi menangis dengan begitu memilukan. Tidak lama kemudian, semua orang menjadi tercengang karena keledai tersebut tiba-tiba diam. Setelah beberapa sekop kemudian, petani tersebut melongok ke dalam sumur dan begitu terpana atas apa yang dilihatnya. Keledai tersebut melakukan suatu hal yang memukau atas setiap sekop tanah yang menimpa punggungnya. Keledai tersebut melepaskannya dengan menggoyangkan badannya dan lalu melangkah naik ke atas tanah yang telah jatuh tersebut.
Setiap kali mereka menjatuhkan tanah ke atas binatang tersebut, ia akan melepaskannya dan melangkah ke atasnya. Tidak lama kemudian, semua orang terperangah begitu sang keledai memenangkan perjuangan tersebut dengan melangkahi tepi sumur dan meloncat keluar.
Inspirasi
Berapa kali kita terjatuh dalam kehidupan ini, jatuh pada saat kita gagal, jatuh pada saat kita kecewa, sedih, dan marah, jatuh pada saat perpisahan, jatuh pada saat kita sakit, jatuh pada saat kita merugi, dan berbagai keadaan dalam kehidupan ini yang telah menjatuhkan kita.
Sebagaimana keledai yang berteriak-teriak panik minta tolong, begitu juga dengan diri kita. Pada saat kita jatuh kita merasakan sedih, sakit hati, menangis, terkadang marah, kecewa, dan stress bahkan depresi. Wajar sebagaimana manusia kita sedih dan merasakan berbagai emosi yang tidak menentu pada saat kita jatuh karena itu merupakan fitroh yang terjadi pada saat kita sedih.
Tetapi kejatuhan bukanlah hal yang harus kita tangisi dengan meraung-raung tetapi kita harus bangkit, sebagaimana keledai berusaha keluar dengan cara menggoyang-goyangkan badannya. Saya pernah mendengar sebuah katabijak yang luar biasa menyebutkan: “Yang terpenting bukan berapa kali kita jatuh tetapi yang terpenting berapa kali kita bangkit pada saat setiap kita jatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar